An-Najma_Online_Categories

Ahlan Wa Sahlan...


Assalamu’alaikum…

Alhamdulillah, segala puji bagi Rabb semesta alam, sholawat dan salam terkirim kepada junjungan kita Muhammad SAW beserta keluarga dan para pengikutnya.

Kami selaku Crew Buletin Muslimah ‘An Najma’ ingin memberikan sedikit peran di dalam da’wah melalui lembaran yang sederhana ini.

Buletin yang sengaja kami sajikan khusus untuk kaum muslimah karena memandang telah begitu bobroknya wanita saat ini. Diharapkan bisa membantu di dalam upaya pembenahan umat melalui wanita di dalam perannya sebagai madrosatul ula bagi generasi selanjutnya.

Terakhir, “tak ada gading yang tak retak” begitulah kami. Banyak salah & khilaf.untuk itu, kami tunggu saran dan kritiknya, kurang lebihnya kami mohon maaf. Sekian.

Wasalam…


Kamis, 17 Desember 2009

DARAH NIFAS & ISTIHADLOH

Di dalam masalah darah wanita tak cukup berhenti pada pembahasan darah haidh saja. Akan tetapi ada pembahasan lain yang sama pentingnya yaitu darah nifas dan istihadloh. Karena hampir setiap wanita akan mengalami masa nifas dan tak jarang pula wanita yang mengalami istihadloh. Jadi, wajib bagi para wanita untuk memperdalam seputar masalah ini.
Apa Itu Darah Nifas?
Yaitu darah yang dikeluarkan rahim karena melahirkan, baik keluar ketika melahirkan atau setelahnya atau sebelumnya sekitar dua atau tiga hari yang keluarnya disertai rasa sakit.
Masanya?
Dalam hal ini tidak ada batas minimal, sedangkan batas maksimalnya menurut jumhur ‘ulama adalah 40 hari. Sebagaimana diriwayatkan Ummu Salamah, ia berkata: ”Pada masa Rasulullah, para wanita yang menjalankan masa nifas menahan diri selama 40 hari atau 40 malam.” (HR Abu Dawud & Tirmidzi)
Apabila darah yang keluar melebihi batas waktu 40 hari maka ada dua keadaan:
1. Jika darah yang keluar bertepatan dengan kebiasaan masa haidh maka ia dihukumi sebagai wanita haidh.
2. Jika darah yang keluar tidak bertepatan dengan kebiasaan masa haidh, maka ia disebut darah isthadloh (darah yang rusak) dan dihukumi sebagaimana wanita suci.
Terkadang ada wanita yang mengalami masa nifas kurang dari 40 hari. Maka apabila ia telah mendapati dirinya suci (darahnya telah berhenti) maka ia wajib mandi janabat dan dihukumi sebagai wanita suci. Kemudian apabila setelah berhenti keluar darah lagi yang mana masih dalam batas waktu 40 hari, maka ia masih dihukumi sebagai darah nifas.
Ada juga wanita yang mengalami pendarahan 2/3 hari sebelum melahirkan, maka apabila disertai rasa sakit ia dihukumi sebagai darah nifas. Akan tetapi apabila tidak disertai rasa sakit ia adalah darah istihadloh dan dihukumi sebagai wanita yang suci. Untuk wanita yang melahirkan dengan jalan operasi, apabila ia mengeluarkan darah maka ia adalah darah nifas, tetapi apabila tidak mengeluarkan darah maka hukum wajib sholat dan puasa tetap berlaku.
Bagaimana Dengan Darah Yang Keluar Setelah Keguguran?
Dalam hal ini, ada dua keadaan:
1. Jika janin yang keluar sudah berbentuk manusia, maka darah yang keluar adalah darah nifas (umumnya janin yang berwujud manusia setelah usia kehamilan mencapai 90 hari)
2. Jika janin yang keluar belum berwujud manusia, maka darah yang keluar bukanlah darah nifas tetapi jika bertepatan dengan kebiasaan masa haidh maka itu darah haidh. Dan apabila darah itu keluar diluar masa haidh maka darah tersebut adalah darah istihadloh.
Untuk wanita yang melahirkan bayi kembar dan berjarak lebih dari satu hari, maka darah yang keluar setelah kelahiran yang pertama sudah disebut darah nifas. Dan perhitungan masa nifasnya dihitung setelah kelahiran yang kedua.
Bilamana Dikatakan Darah Istihadloh?
Bila darah yang keluar dari rahim seorang wanita di luar masa haidh dan nifas atau melebihi waktu haidh dan nifas secara terus menerus. Hukum wanita yang mengalami istihadloh sebagaimana wanita suci lainnya. Tetapi ada ketentuan-ketentuan khusus yang membedakannya, yaitu :
1. Wajib berwudlu untuk setiap sholat dan dilaksanakan setelah masuk waktu sholat
2. Ketika hendak berwudlu hendaklah ia mencuci kemaluannya dan menyumbatnya dengan kain atau kapas
3. Tidak diwajibkan mandi janabat kecuali hanya sekali, yaitu ketika masa haidh atau nifas telah selesai.
4. Diperbolehkan jima’ meskipun darah tetap mengalir
Wanita yang mengalami istihadloh ada tiga keadaan:
1. Apabila ia memiliki waktu-waktu haidh tertentu sebelum mengalami istihadloh, maka darah yang keluar pada masa-masa haidh tetap dihukumi sebagai darah haidh dan setelahnya dihukumi sebagai darah istihadloh.
2. Apabila ia tidak memiliki waktu-waktu haidh tertentu dan darahnya bisa dibedakan (dari warna dan baunya), maka darah yang memiliki ciri-ciri haidh dihukumi darah haidh dan selain itu dihukumi sebagai darah istihadloh.
3. Apabila ia tidak memiliki waktu-waktu haidh terteltu dan tidak bisa membedakan darahnya, maka ia menghitung masa haidhnya sebagaimana wanita-wanita yang mengalami haidh pada umumnya yaitu 6 atau 7 hari.
(Fiqh Sunnah, Sayyid Sabiq; Menjawab 1001 Problema wanita, Khalid Al Husainan)
Dzikir-Dzikir Ketika HIS (kontraksi rahim pada saat melahirkan)
• Ayat kursi (Surat Al-Baqarah: 255)
• Surat Al-Ikhlash, Al-Falaq & An-Naas
• Surat Yunus ayat 3 :
إن ربكم الله الذي خلق السماوات والأرض في ستة أيام ثم استوى على العرش يدبر الأمر ما من شفيع إلا من بعد إذنه,ذلكم الله ربكم فاعبدوه أفلا تذكرون
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?”
• Surat Al-Ahqaf ayat 35:
فاصبر كما صبر أولو العزم من الرسل ولا تستعجل لهم كأنهم يوم يرون ما يوعدون لم يلبثوا إلا ساعة من نهار بلاغ فهل يهلك إلا القوم الفاسقون

“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari Rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (inilah) suatu pelajaran yang cukup, Maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.”
Wallahu a’lam

0 komentar:

Posting Komentar