An-Najma_Online_Categories

Ahlan Wa Sahlan...


Assalamu’alaikum…

Alhamdulillah, segala puji bagi Rabb semesta alam, sholawat dan salam terkirim kepada junjungan kita Muhammad SAW beserta keluarga dan para pengikutnya.

Kami selaku Crew Buletin Muslimah ‘An Najma’ ingin memberikan sedikit peran di dalam da’wah melalui lembaran yang sederhana ini.

Buletin yang sengaja kami sajikan khusus untuk kaum muslimah karena memandang telah begitu bobroknya wanita saat ini. Diharapkan bisa membantu di dalam upaya pembenahan umat melalui wanita di dalam perannya sebagai madrosatul ula bagi generasi selanjutnya.

Terakhir, “tak ada gading yang tak retak” begitulah kami. Banyak salah & khilaf.untuk itu, kami tunggu saran dan kritiknya, kurang lebihnya kami mohon maaf. Sekian.

Wasalam…


Rabu, 23 Desember 2009

NABI BARU SANG PENDUSTA


Beriman kepada Allah membawa konsekuensi beriman kepada wahyu-Nya dan karena wahyu Allah disampaikan oleh para nabi, maka seorang mukmin harus percaya kepada nabi atau rosul yang diutus Allah. Sebagaimana firman Allah:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِى اْلأَمْرِ مِنكُمْ ...
"Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rosul-Nya…"(QS. An-Nisa': 59)
Allah mengutus para Rasul sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan, serta telah menurunkan kitab kepada mereka dengan membawa kebenaran untuk menghukumi manusia mengenai apa yang mereka perselisihkan. Allah juga berfirman
وَمَآأَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلاَّنُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لآ إِلَهَ إِلآ أَنَا فَاعْبُدُونِ
"Dan kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya, "Bahwa tidak ada Rabb (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku"(QS.Al-Anbiya':25)
Disamping itu seorang mukmin juga wajib mengimani bahwa nabi Muhammad shalallahu 'alaih wa salam adalah penutup para nabi dan rosul. Dengan demikian, tidak ada nabi lagi setelah beliau, maka siapa saja yang mengaku sebagai nabi sepeninggal beliau, maka ia pendusta, kafir dan murtad dari Islam.
Melihat fenomena saat ini, yang mana umat semakin jauh dari syari'at Islam serta minimnya pengetahuan mereka tentang sejarah Islam, sehingga terjadilah penyimpangan yang menyelisihi syari'at Islam. Dan diantara penyimpangan yang sangat fatal adalah munculnya orang-orang yang mengaku dirinya sebagai nabi setelah nabi Muhammad SAW.
Banyak dari kalangan mereka yang beranggapan bahwa dengan kepemimpinannya, dan kesungguhannya dalam beribadah serta pembersihan jiwanya, mereka dapat mencapai derajat para nabi tanpa melalui jalannya. Bahkan sampai ada yang beranggapan bahwa ia lebih utama dari pada nabi Muhammad SAW.
Contohnya saja Lia Aminuddin, yang mengaku mendapatkan wahyu langsung dari Jibril. Ada juga Ahmad Mushadeq, yang beranggapan bahwa setiap penyampai ilmu-ilmu agama adalah seorang Rosul, maka ia menisbatkan dirinya sebagai seorang Rosul. Dia beranggapan bahwa Nabi Muhammad SAW bukanlah khatimul anbiya', dan Ahmad Mushadeq mengatakan, nabi Muhammad SAW mengaku dirinya sebagai khatimul anbiya' karena nabi Muhammad SAW melihat bahwasanya Islam sudah jaya dan dia tidak mengetahui bahwa umatnya beberapa abad yang akan datang juga memerlukan nabi seperti zaman sekarang ini. Padahal Allah subhanahu wa Ta'ala berfirman ;

"...وَلَكِن رَسُولُ الله وَخَاتمَََ النَبِيِّينَ... "
"Tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi…(QS. Al-Ahzab: 40)
Ayat ini menunjukkan bahwa tidak ada nabi setelah nabi Muhammad SAW. Jika tidak ada nabi setelahnya, maka tidak ada pula Rosul setelahnya. Karena kedudukan Rasul itu lebih luas daripada kedudukan nabi. Setiap Rosul itu nabi tapi tidak semua nabi itu Rasul.
Terbukti bahwa Nabi Muhammad SAW adalah penutup para nabi, maka dapat diketahui bahwa siapa pun yang mengaku nabi sesudahnya adalah pendusta. Kita sendiri tidak menyangkal, bahwa banyak para pendusta yang eksis dalam kehidupan dan memiliki kekuasaan. Namun apa yang dibawa tidaklah sempurna dan tidak mampu bertahan lama. Justru Allah menguasakan para Rasul dan pengikut-pengikutnya atas diri mereka, sehingga para pendustapun terdepak dan tercampakan. Inilah suratan Allah yang berlaku semenjak dahulu sampai orang-orang kafirpun mengetahui hal itu.
Para ulama mengatakan segala pengakuan nabi sesudah beliau adalah (Gayy) kesesatan dan (Hawa) ambisi nafsu, artinya bahwa pengakuan itu didasari ambisi syahwat bukan karena dalil sehingga menjadi batil.
Dalam penetapan kenabian metodologi yang dikenal di kalangan Ahli kalam dan kaum teoritis yaitu bahwa penetapan kenabian para nabi dengan adanya mu'jizat. Dan tidak diragukan lagi, bahwa mu'jizat adalah petunjuk kenabian yang tepat. Lalu apakah orang-orang yang mengaku sebagai nabi pada zaman sekarang memiliki mu'jizat ???
Sesungguhnya orang yang mengaku sebagai nabi itu hanyalah orang yang paling jujur atau orang yang paling pendusta. Hal ini bukanlah perkara samar, terkeculi orang yang paling bodoh. Sesungguhnya kondisi-kondisi tertentu memperjelas dan menampakkan benar atau tidaknya kenabian itu. Untuk membedakan antara yang jujur dan pendusta. Kita bisa melihat alangkah bagusnya apa yang dilantunkan oleh Hisan Radhiallahu 'Anhu:
"لَوْ لمَ ْيَكُنْ فِيْهِ اَياَتٌ مُبَيِينَةٌ كُنْتَ بِدَيْهَتِهِ تَأْتِيْكَ ِبخَيْرٍٍِ"
"Kalaulah bukti-bukti kenabian tidak nampak pada dirinya, cukuplah perilaku spontanitasnya sebagai bukti bagimu".
Setiap pendusta yang mengaku sebagai nabi pastilah terlihat pada dirinya kebodohan, kedustaan, kejahatan dan tipu daya setan yang sedemikian rupa, dihadapan orang yang paling picik sekalipun. Bahkan dua orang yang mengakui satu perkara yang seorang diantaranya jujur sedang seorang lagi pendusta. Pasti tampak kedustaan dan kejujuran pada masing-masing keduanya, meskipun setelah selang beberapa waktu. Karena kebohongan itu kosekwensinya kejahatan, sebaliknya kejujuran itu konsekwensinya kebaikan. Segaimana disabdakan Nabi SAW dalam shahih Bukhari Muslim, "Hendaknya kamu berlaku jujur. Sesungguhnya lejujuran itu membawa pada kebaikan, dan kebaikan itu membawa ke jannah. Kalaulah seorang itu terus menerus berlaku jujur, dan berupaya memelihara kejujuran, maka ia digelari di sisi Allah sebagai orang jujur. Hendaknya kamu berhati-hati untuk berdusta. Sesungguhnya kedustaan itu membawa pada kejahatan, dan kejahatan itu membawa ke naar. Kalaulah orang itu terus menerus berdusta dan memelihara kedustaan, maka digelari di sisi Allah sebagai pendusta".
Sebagaimana yang kita lihat pada saat ini bahwa para nabi palsu yang dengannya mereka membawa ajaran-ajaran yang secara logis tidak masuk akal. Akan tetapi semua itu tidak lain hanyalah kedustaan, maka mereka digelari oleh Allah sebagai pendusta, meski terkadang tidak sedikit pengikutnya. Yang mana pengikut-pengikutnya itu hanyalah orang-orang yang bodoh yang sangat minim pengetahuannya tentang syari'at Islam.
Wallahu a’lam.

0 komentar:

Posting Komentar